Upacara perkawinan di Bali secara
sederhana dikenal dengan Matanjung Sambuk. Atribut dalam prosesi Metanjung
Sambut yaitu sambuk (serabut kelapa) dibelah tiga, didalamnya diisi sebutir
telur bebek, kemudian dicakup kembali diluarnya diikat dengan benang Tri Datu
(benang 3 warna).
Mekanisme pelaksanaan Metanjung Sambuk
ini di mana kedua mempelai saling
tendang serabut kelapa (matanjung sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu
secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita. Sambuk Kupakan (serabut kelapa) yang digunakan
pada saat Natab Beten harus disimpan di bawah kolong tempat tidur pengantin.
Dengan maksud agar Sambuk tersebut dijaga oleh kedua mempelai, seperti mereka
menjaga hubungan suami istri.
Menendang-nendang sambuk bermakna /
menggambarkan bahwa di dalam suatu pernikahan tidak jarang dijumpai suatu
masalah. Disisi lain, mekanisme berupa didudukinya sambuk oleh mempelai wanita
bermakna / menggambarkan keadaan musyawarah dengan duduk tenang, dan senantiasa
ingat bahwa ketika pertengkaran tersebut datang salah satu dari pasangan harus
ada yang mengalah agar pertikaian tidak berkepanjangan.
Makna setiap
atribut :
Sambuk
(serabut kelapa) berbelah tiga simbol dari tri guna (sattwam, rajas, tamas). Benang
Tri Datu simbol dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) yang mengisyaratkan
kesucian. Telor bebek simbolis dari manik.