Di sini saya ingin
berbagi sedikit mengenai pengalaman saya sewaktu saya mengerjakan proposal
untuk penelitian. Banyak hal yang tidak saya tahu tentang penelitian
eksperimen, yang nyatanya pada saat penelitian dulu saya tidak mengambil
penelitian jenis eksperimen. Jadi untuk memperdalam tentang eksperimen untuk
penelitian saat ini, saya mencari informasi dari berbagai sumber terutama buku.
Nah... yang saya sajikan di bawah ini mengenai hipotesis penelitian. Sumbernya
saya cari dari buku yaitu bukunya Candiasa dan Sudjana.
Statistik inferensial atau statistik induktif
diaplikasikan untuk kepentingan generalisasi, prediksi, dan estimasi tentang
keterkaitan beberapa variabel. Kesimpulan untuk populasi pada statistik
inferensial diambil
dari sampel. Karakteristik numerik dari populasi disebut statistik parameter atau biasa disebut dengan parameter. Karakteristik numerik dari sampel disebut dengan statistik sampel atau biasa disebut dengan statistik. Contoh karakteristik dari populasi adalah rerata dari populasi dan standar deviasi dari populasi, dan contoh karakteristik dari sampel adalah rerata dari sampel dan standar deviasi dari sampel.
dari sampel. Karakteristik numerik dari populasi disebut statistik parameter atau biasa disebut dengan parameter. Karakteristik numerik dari sampel disebut dengan statistik sampel atau biasa disebut dengan statistik. Contoh karakteristik dari populasi adalah rerata dari populasi dan standar deviasi dari populasi, dan contoh karakteristik dari sampel adalah rerata dari sampel dan standar deviasi dari sampel.
Hipotesis penelitian
merupakan dugaan sementara terhadap hasil penelitian. Dugaan tentang adanya
hubungan atau perbedaan di antara nilai-nilai parameter populasi diformulasikan
dalam bentuk hipotesis. Byrkit (1987) secara sederhana menyebutkan bahwa
hipotesis penelitian yaitu pernyataan tentang satu atau lebih nilai parameter.
Perumusan hipotesis
biasanya dilakukan berdasarkan rumusan masalah pada penelitian. Dalam
penelitian, ada dua jenis hipotesis yang biasa digunakan, yaitu hipotesis nol
(H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (H0)
adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara nilai
parameter populasi. Hipotesis nol digunakan untuk menentukan apakah hipotesis
penelitian benar atau tidak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha)
adalah hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan antara nilai parameter
populasi. Dalam penelitian jika H0 ditolak maka Ha
diterima dengan taraf signifikansi dan derajat kebebasan yang telah ditentukan
sebelumnya. Karena itu, dalam penelitian pendidikan misalnya dengan menggunakan
uji-t, hasil yang diharapkan adalah penolakan H0 dan penerimaan Ha.
Sedangkan dalam uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians yang
diharapkan adalah penerimaan H0 untuk mendapatkan data yang
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena itu, perumusan H0
dan Ha tidak boleh dibalik karena akan menyebabkan kesimpulan yang
diperoleh dari suatu pengujian menjadi tidak tepat.
Catatan: Dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol dan
hipotesis alternatif tidak selalu ada yang diterima dan ada yang ditolak,
melainkan diperlukan pengkajian lebih mendalam. Sebagai contoh, hipotesis nol
yang menyatakan u = u0 dan hipotesis alternatif menyatakan u>u0. Apabila dalam
pengujian dengan statistik sampel ternyata u<u0, maka hipotesis nol
tidak serta merta harus diterima, demikian pula hipotesis alternatif tidak
mesti diterima, melainkan diperlukan pengkajian lebih lanjut.
Fisher (dalam Byrkit,
1987) memandang pengujian hipotesis sebagai metode untuk menyatakan bahwa suatu
nilai dari parameter populasi benar atau tidak. Pengujian hipotesis selalu
membawa konsekuensi kesalahan. Kondisi ini terjadi karena pengujian hipotesis
memanfaatkan uji statistik sampel. Ada dua tipe kesalahan yaitu kesalahan tipe
I dan kesalahan tipe II. Kesalahan tipe I adalah kesalahan berupa penerimaan
hipotesis alternatif padahal hipotesis nol benar. Sedangkan kesalahan tipe II
adalah kesalahan berupa penerimaan hipotesis nol padahal hipotesis alternatif
benar. Atau secara sederhananya Kesalahan tipe I adalah kesalahan berupa menolak
hipotesis nol padahal hipotesis nol benar. Sedangkan kesalahan tipe II adalah
kesalahan berupa penerimaan hipotesis nol padahal hipotesis nol salah. Hal ini
dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Kesimpulan
|
Keadaan
Sebenarnya
|
|
Hipotesis
Benar
|
Hipotesis
Salah
|
|
Terima Hipotesis
|
Benar
|
Kesalahan tipe II
|
Tolak Hipotesis
|
Kesalahan Tipe I
|
Benar
|
Kesalahan tipe I biasa
disebut taraf signifikansi (α), sedangkan kesalahan tipe II biasa disebut taraf
kepercayaan (β). Kesalahan tipe II atau kesalahan β pertama kali diperkenalkan
oleh Neyman dan Pearson. Taraf signifikansi dan taraf kepercayaan saling
berkaitan dimana jika α diperkecil maka β akan semakin besar (β = 1 – α).
Penelitian pendidikan dan penelitian sosial umumnya menetapkan taraf
signifikansi (α) sama dengan 1%, 5%, atau 10%, tergantung resiko kesalahan yang
diinginkan oleh peneliti. Namun, umumnya dalam bidang pendidikan menggunakan
taraf signifikansi 5% karena mengingat banyaknya variabel-variabel yang
mempengaruhi keberhasilan pada penelitian pendidikan serta luas dan kondisi
populasi penelitian. Apabila peneliti menetapkan taraf signifikansi 5%, maka
peneliti berani menanggung resiko kesalahan pengujian hipotesis sekitar 5 kali
untuk 100 kali eksperimen. Dengan kata lain, peneliti yakin atau percaya bahwa
dari 100 kali eksperimen, 95 kali penerimaan hipotesis dilakukan dengan benar.
Besar kecilnya α tergantung kepada besar kecilnya keyakinan peneliti untuk
melakukan kesalahan dalam penolakan hipotesis.
Sumber: Candiasa, I.M. 2010b. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Saya
tambahkan sedikit mengenai hipotesis yang menurut pendapat sendiri dan juga
pendapat dari beberapa orang. Saya mendapatkan informasi ini karena sekarang
saya lagi mengerjakan penelitian saya, dan mau tidak mau saya harus tahu
tentang penelitian yang saya kerjakan. Dan karena ada dari teman saya yang
menanyakan hal yang sama. Jadi saya jawab saja sesuai pengetahuan saya.
Jadi dalam
penelitian terutama dalam penelitian pendidikan, ada yang menyajikan hipotesis
lebih baik atau lebih tinggi. Contohnya gini, (1) model pembelajaran A lebih
baik dari pada model pembelajaran B, (2) model pembelajaran B lebih tinggi dari
pada model pembalajaran B. Menurut saya itu boleh-boleh saja, kalau menggunakan
lebih baik berarti itu berkaitan dengan karakteristik dari pembelajaran yang
kita gunakan dengan pembelajaran yang di kelas kontrol. Karakteristik ini bisa
berupa ciri-ciri yang model kita gunakan yang memang dari teori sudah lebih
lebih baik dari pembelajaran konvensional. Sedangkan, kalau menggunakan lebih
tinggi berarti berkaitan dengan nilai, bisa saja nilai rata-rata. Data mengenai
nilai ini kita dapatkan setelah kita melakukan penelitian. Jadi menurut saya
ini boleh-boleh saja tergantung dari sudut pandang kita mengenai penelitian.
No comments:
Post a Comment