Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola, potongan, bentuk, model, tujuan dan maksud (Echols dan Hassan Shadily, 1976). Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh. Sutrisno Hadi (1982) mengkategorikan desain eksperimen menjadi enam yaitu simple randomaized, treatment by levels desaigns, treatments by subjects desaigns, random replications desaigns, factorial designs, dan groups within treatment designs.
Desain eksperimen yang sering digunakan guru dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu Treatment by Levels Designs. Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada siswa-siswa yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan eksperimen. Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang. Walaupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya. Dalam penelitian, variabel moderator digunakan pola treatment by levels design, karena hanya model pembelajaran yang diberi perlakuan terhadap variabel terikat.
Oleh karena itu, terdapat kesamaan antara treatment by levels design dengan factorial design seperti yang kita kenal. Berikut perbedaan antara treatment by levels design dengan factorial design oleh Prof. Dr. H. Djalli. Prof. Dr. H. Djaali (lahir di Buton, Sulawesi Tenggara, 2 September1955; umur 60 tahun) adalah guru besar bidang penelitian pendidikan matematika Universitas Negeri Jakarta. Ia menjabat rektor Universitas Negeri Jakarta periode 2014–2018 dan Ketua I pengurus pusat Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019. Selain itu sejak 2014 sampai sekarang menjabat Ketua Asosiasi Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan Negeri se-Indonesia (Sumber: id.wikipedia.org).
Desain eksperimen yang sering digunakan guru dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu Treatment by Levels Designs. Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada siswa-siswa yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan eksperimen. Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang. Walaupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya. Dalam penelitian, variabel moderator digunakan pola treatment by levels design, karena hanya model pembelajaran yang diberi perlakuan terhadap variabel terikat.
Oleh karena itu, terdapat kesamaan antara treatment by levels design dengan factorial design seperti yang kita kenal. Berikut perbedaan antara treatment by levels design dengan factorial design oleh Prof. Dr. H. Djalli. Prof. Dr. H. Djaali (lahir di Buton, Sulawesi Tenggara, 2 September1955; umur 60 tahun) adalah guru besar bidang penelitian pendidikan matematika Universitas Negeri Jakarta. Ia menjabat rektor Universitas Negeri Jakarta periode 2014–2018 dan Ketua I pengurus pusat Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019. Selain itu sejak 2014 sampai sekarang menjabat Ketua Asosiasi Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan Negeri se-Indonesia (Sumber: id.wikipedia.org).
Treatment by level design
A = Perlakuan, misalkan metode pembelajaran
A1 = Met. CTL
A2 = Met. Ekspositori
B = Variabel Moderator mis. IQ
B1 = IQ Tinggi
B2 = IQ Rendah
Y = Hasil belajar
|
Factorial design
A = Perlakuan, misalkan metode pembelajaran
A1 = Met. CTL
A2 = Met. Ekspositori
B = Bentuk soal tes formatif
B1 = Uraian
B2 = Obyektif
Y = Hasil belajar
|
||||||||||||||||
Jenis pengaruh perlakuan
|
|||||||||||||||||
·
Efek Utama A:
Membandingkan:
Y (A1 dan A2)
·
Interaction
Effect (Efek Interaksi)
Efek
Interaksi A x B terhadap Y
·
Simple Effect
(Efek Sederhana)
Efek Sederhana A: Membandingkan Y:
A1B1 dan
A2B1
A1B2 dan
A2B2
|
·
Main Efffect
(Efek Utama)
Efek utama A: A1 banding A2
Efek utama B: B1 banding B2
·
Interaction
Effect (Efek Interaksi)
Efek interaksi A X B terhadap
Y
·
Simple effect
(Efek Sederhana)
Efek sederhana A: - A1B1
banding
A2B1
-
A1B2 banding A2B2
Efek sederhana B: - A1B1 banding
A1B2
-
A2B1 banding A2B2
|
||||||||||||||||
Perumusan Masalah
|
|||||||||||||||||
·
Apakah ada
perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran CTL
dan yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori?
·
Apakah ada
pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan IQ terhadap hasil belajar?
·
Untuk siswa
dengan IQ tinggi, apakah ada perbedaan hasil belajar antara yang menggunakan
metode pembelajaran CTL dan yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori
·
Untuk siswa
dengan IQ rendah, apakah ada perbedaan hasil belajar antara yang menggunakan
metode pembelajaran CTL dan yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori
|
·
Apakah ada
perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran CTL
dan yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori?
·
Apakah ada
perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi tes formatif bentuk uraian
dan siswa yang diberi tes formatif bentuk obyektif?
·
Apakah ada
pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan bentuk tes formatif
terhadap hasil belajar?
·
Untuk siswa yang
diberi tes formatif bentuk uraian, apakah ada perbedaan hasil belajar antara
yang menggunakan metode pembelajaran CTL dan yang menggunakan metode
pembelajaran ekspositori?
·
Untuk siswa yang
diberi tes formatif bentuk obyektif apakah ada perbedaan hasil belajar antara
yang menggunakan metode pembelajaran
CTL dan yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori?
·
Untuk siswa yang
menggunakan metode pembelajaran CTL apakah ada perbeaan hasil belajara antara
yang diberi tes formatif bentuk uraian dan yang diberi tes formatif bentuk
obyektif?
·
Untuk siswa yang
menggunakan metode pembelajran ekspositori apakah ada perbedaan hasil belajar
antara yang diberi tes formatif bentuk uraian dan yang diberi tes formatif
bentuk obyektif
|
||||||||||||||||
Hipotesis
|
|||||||||||||||||
·
hasil belajar siswa
yang menggunakan metode pembelajaran CTL lebih tinggi daaripada siswa yang
menggunakan metode pembelajaran ekspositori
·
Pengaruh metode terhadap
hasil belajar tergandung pada IQ
·
Untuk siswa
dengan IQ tinggi, yang menggunakan metode pembelajaran CTL mempunyai hasil
belajar lebih tinggi daripada yang menggunakan metode pembelajaran
ekspositori
·
Untuk siswa
dengan IQ rendah, yang menggunakan metode pembelajaran CTL mempunyai hasil
belajar lebih tinggi daripada yang menggunakan metode pembelajaran
ekspositori
|
·
hasil belajar siswa
yang menggunakan metode pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang
menggunakan metode pembelajaran ekspositori
·
hasil belajar siswa
yang diberi tes formatif bentuk uraian lebih tinggi daripada siswa yang diberi
tes formatif bentuk obyektif
·
Terdapat pengaruh
interaksi antara metode pembelajaran dan bentuk tes formatif terhadap hasil
belajar
·
Untuk siswa yang
diberi tes formatif bentuk uraian, hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran CTL lebih
tinggi daripada siswa yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori
·
Untuk siswa yang
diberi tes formatif bentuk obyektif, hasil belajar siswa yang menggunakan
metode pembelajaran CTL lebih tinggi
daripada siswa yang menggunakan metode
pembelajaran ekspositori
·
Untuk siswa yang
menggunakan metode pembelajaran CTL, siswa yang diberi tes formatif bentuk
uraian mempunya hasil belajar lebih tinggi daripada yang diberi tes formatif
bentuk obyektif
·
Untuk siswa yang
menggunakan metode pembelajaran ekspositori, siswa yang diberi tes formatif
bentuk uraian mempunya hasil belajar lebih tinggi daripada yang diberi tes
formatif bentuk obyektif
|
Prof. Dr. H. Djaali, http://pps.unj.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/PENELITIAN-EKSPERIMEN-BARU-2014.ppt
No comments:
Post a Comment